Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Ical Rumokoy: Irama Hidup dari Baris Marching Band hingga Nada Kolintang Sebuah perjalanan cinta, disiplin, dan pelestarian budaya dari Kota Bitung

124
×

Ical Rumokoy: Irama Hidup dari Baris Marching Band hingga Nada Kolintang Sebuah perjalanan cinta, disiplin, dan pelestarian budaya dari Kota Bitung

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Gorutnews.com – Di tengah dentuman snare drum, tiupan melodi, dan ritme bass yang menggema di ruang latihan, berdiri sosok penuh dedikasi Ical Rumokoy. Lahir di tanah Minahasa pada 18 September dari pasangan Noch Rumokoy dan Astin Wartabone, Ical adalah putra asli Kota Bitung yang menjadikan musik khususnya marching band dan kolintang sebagai jalan hidupnya.

Kecintaannya pada marching band tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP. Saat remaja lain larut dalam tren sesaat, Ical justru menemukan jati dirinya di balik barisan musik berdisiplin tinggi.

Example 300x600

“Marching band bukan sekadar musik dan baris-berbaris. Ini tentang kedisiplinan, kerja tim, dan ekspresi. Saya jatuh cinta sejak pertama kali pegang stik drum di SMP. Rasanya seperti menemukan rumah kedua,” ucap Ical mengenang awal mula perjalanan musiknya.

Kini, namanya tak asing di dunia marching band Sulawesi dari Minahasa hingga Gorontalo. Ia telah melatih banyak sekolah diberbagai daerah, dan salah satu pencapaian yang mengesankan adalah ketika ia membawa SDN 4 Anggrek menjadi Juara Umum Divisi Junior dalam ajang Hulonthalo Marching Festival 2024. Saat ini, Ical aktif melatih di SD Negeri 8 Kwandang, Gorontalo Utara, sembari membesarkan usahanya, HOME MUSIC (House Of Marching Education) sebuah penyedia alat, seragam, dan aksesoris marching band yang juga menjadi ruang edukasi seni pertunjukan baris-berbaris.

Namun, bukan hanya marching band yang mengisi hari-harinya. Ical juga adalah pegiat musik tradisional kolintang. Ia membentuk Sanggar Kolintang Tarsier Cute Bitung, yang menaungi lebih dari seratus anak muda dari berbagai latar belakang pendidikan. Sanggar ini menjadi bukti bahwa anak-anak zaman sekarang masih bisa mencintai dan bangga terhadap musik warisan leluhur.

“Tujuan saya sederhana: memberikan wadah bagi anak-anak untuk berkembang, punya rasa percaya diri, dan mengukir prestasi lewat seni. Lewat marching band, saya ingin membangun karakter dan semangat juang generasi muda,” jelas Ical dengan mata berbinar.

Komitmennya tak hanya soal teknik, tapi juga pembentukan mental dan karakter. Para pelatih senior dari Gorontalo dan Makassar yang dulu mendidiknya, kini menjadi rekan kolaborasinya. Di lapangan, ia dikenal karena ketegasannya, namun di balik itu, anak-anak asuhnya mengenal sisi lembut dan sabar seorang kakak pembimbing.

Meski jadwalnya padat antara latihan marching dan kegiatan sanggar, Ical tetap menaruh perhatian besar pada identitas budaya daerahnya.

“Marching band dan kolintang itu berbeda, tapi keduanya sama-sama punya jiwa. Dan saya ingin jadi jembatan antara tradisi dan inovasi,” tutupnya dengan senyum.

Dalam diri Ical Rumokoy, menyatu semangat modern dan akar tradisi. Ia bukan hanya pelatih musik, ia adalah penjaga nilai, penyemai bakat, dan juru bicara cinta terhadap budaya lewat irama dan harmoni.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *