Gorutnews.com – Langit pagi itu cerah, namun hati banyak yang mendung. Di tengah suka cita pelepasan siswa kelas 6 SDN 4 Anggrek, momen paling menggetarkan justru datang dari prosesi sederhana namun penuh makna: sungkeman yang diarahkan khusus bagi para siswa untuk menghormati orang tua mereka (11/06/2025)
Dengan langkah pelan dan kepala menunduk, siswa-siswi satu per satu menghampiri orang tua. Siswi mengenakan kebaya anggun, sementara siswa laki-laki tampil rapi dengan batik. Ketika mereka mulai berlutut di hadapan orang tua, suasana mendadak hening, seolah waktu melambat.

Air mata pertama jatuh saat tangan-tangan mungil itu menggenggam tangan ibu atau ayah mereka. Di balik suara tangis yang mulai terdengar dari berbagai sudut, alunan lagu yang dibawakan oleh Ibu Yuke Lagarusu, S.Pd, menyatu dengan lantunan puisi menggugah hati dari Ibu Sri Yuningsih, S.Pd.I. Lagu dan puisi dibawakan bersamaan saling mengisi, saling menguatkan. Kata-kata dalam puisi seperti menyusup ke dalam dada, sementara nada lagu seperti menenangkan luka yang tak terucap.
“Maaf atas kenakalan kami… Terima kasih atas peluhmu, Bu… Ayah…,” begitu sepenggal bait puisi yang menggema bersama lirik-lirik penuh kasih dari lagu yang mengiringinya. Banyak yang tak kuasa menahan tangis orang tua, guru, bahkan tamu undangan pun tampak menyeka mata secara diam-diam.
Namun pemandangan paling menyayat hati hadir ketika beberapa siswa harus bersimpuh sendiri, tanpa sosok ayah atau ibu di hadapan mereka. Kursi kosong menjadi saksi bisu dari rindu yang belum terbalas. Beberapa tetap berlutut dan berdoa, sementara lainnya ditenangkan oleh pelukan guru.
Seorang guru mendekat dan merangkul seorang siswa yang menangis tersedu, membisikkan pelan, “Nak, tak semua hadir dengan tubuh, tapi doanya selalu bersama kalian.”
Hari itu, sungkeman bukan sekadar tradisi, ia menjadi panggung kejujuran emosional yang tulus: tentang cinta, tentang perjuangan, tentang anak-anak yang kini siap melangkah ke dunia baru, tapi tak pernah lupa dari mana mereka berasal.
Di halaman SDN 4 Anggrek yang tenang, pelukan dan air mata menjadi bahasa utama. Dan meski ini adalah hari perpisahan, ia tak menyisakan akhir, melainkan kenangan yang akan terus hidup di dalam hati siapa pun yang hadir pagi itu.