Ketika Pengabdian Menjadi Ibadah: Serda Jemsi dan Jejak Cinta untuk Rakyat
- account_circle admin
- calendar_month Ming, 26 Okt 2025
- visibility 6
- comment 0 komentar

Langkah Panjang dari Talaud ke Gorontalo
Perjalanan hidup Serda Jemsi berawal dari Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Lahir dari keluarga sederhana, ia tumbuh dengan nilai-nilai kerja keras dan ketulusan. Sejak kecil, kecintaannya pada sepak bola sudah tumbuh kuat.
“Lapangan bola pertama saya itu bukan stadion, tapi tanah kosong di kampung,” kenangnya. “Kami main tanpa sepatu, pakai bola plastik yang cepat pecah.”
Cinta itu tak pernah padam. Sebelum menjadi anggota TNI, Jemsi sudah lebih dulu meniti jalan di dunia sepak bola. Ia berlatih dan bermain di tim Garuda Teling (Gartel Manado), lalu memperkuat Persma Yunior Manado, dan kemudian bergabung dengan tim Brigif Linud 3 Kostrad.
Dari sanalah karier dan kedisiplinannya terbentuk kombinasi antara semangat olahraga dan jiwa militer yang tertanam kuat.
Dari Pemain ke Pengadil Lapangan
Setelah resmi menjadi anggota TNI, Jemsi tetap tak meninggalkan dunia sepak bola. Ia melanjutkan karier di lapangan hijau, sempat memperkuat Persigo Gorontalo di kompetisi Liga TiPhone (kini Liga 2) musim 2010-2011.
Namun waktu berjalan, dan perannya perlahan bergeser. Ia kini aktif sebagai wasit sepak bola berlisensi C1, memimpin berbagai pertandingan lokal, termasuk Turnamen Helumo Cup 2025 yang berlangsung di awal Oktober lalu.
“Wasit itu bukan hanya meniup peluit,” ujarnya. “Wasit itu penjaga keadilan di tengah emosi dan ambisi.”
Di tengah sorak penonton dan tensi pertandingan, Jemsi berdiri tegak dan adil. Setiap peluit yang ia tiup adalah simbol disiplin dan kejujuran dua hal yang selalu ia pegang, baik di lapangan bola maupun di medan pengabdian.
- Penulis: admin



Saat ini belum ada komentar